Selasa, 13 Januari 2009

PENELITIAN PSIKOLOGI KLINIS DI TK AURELLIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi Klinis merupakan bentuk psikologi terapan untuk menentukan kapasitas dan karakteristik tingkah laku individu dengan menggunakan metode-metode pengukuran assessment, analisa dan observasi serta uji fisik dan riwayat sosial agar dapat diperoleh saran dan rekomendasi untuk membantu penyesuaian diri individu secara tepat. (American Psychological Association: 1935).
Dalam kenyataannya, banyak individu khususnya anak-anak yang tidak mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara tepat sehingga akan menjadi sebuah permasalahan bagi seorang anak itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Disamping keluarga, di sisi lain sekolah juga memiliki peran penting dalam pembentukan tingkah laku seorang individu untuk melakukan penyesuaian diri secara tepat dalam proses perkembangannya.
Banyak permasalahan tingkah laku yang sering terjadi di dunia pendidikan anak (TK) misalnya kasus anak yang masih mengompol, mengempeng, tidak bisa lepas dari orang tua (minta selalu didampingi orang tua disebelahnya ketika sekolah), tidak bisa lepas dari benda-benda pribadinya, sibuk dengan kegiatannya sendiri ketika guru menerangkan, atau bahkan bertengkar dengan sesama temannya.
Atas dasar itu peneliti ingin mengetahui tingkah laku apa saja yang menjadi problem dan mengetahui bagaimana proses assessment, diagnosa/prognosa, serta intervensi klinis terhadap permasalahan tersebut di salah satu dunia pendidikan anak yaitu di TK Aurelia Surabaya.

B. Rumusan Masalah
1. Tingkah laku apa saja yang menjadi permasalahan anak di TK Aurelia Surabaya?
2. Bagaimana situasi dan kondisi lingkungan belajar di TK Aurelia?
3. Bagaimana proses diagnosa dan assessment yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan tingkah laku yang terjadi?
4. Intervensi dan tindakan apa yang dilakukan oleh para guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkah laku yang menjadi permasalahan anak di TK Aurelia Surabaya.
2. Untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan belajar di TK Aurelia.
3. Untuk mengetahui proses diagnosa dan assessment yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan tingkah laku yang terjadi.
4. Untuk mengetahui intervensi dan tindakan yang dilakukan oleh para guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

D. Manfaat Penelitian
Untuk manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi klinis.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi TK Aurelia Surabaya khususnya dan lembaga pemdidikan anak yang lain tentang kasus-kasus tingkah laku yang dihadapi oleh anak-anak dan saran, rekomendasi, serta intervensi tindakan apa yang tepat untuk membantu anak tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Psikologi Klinis
Witmer (1912) dikutip oleh Sutardjo menyatakan bahwa psikologi klinis adalah metode yang digunakan untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik penanganan pedagogis. Namun, Woodworth (1937) berkeberatan dengan definisi atau pengertian psikologi klinis yang disampaikan Witmer ini. Menurutnya, jika pengertian psikologi klinis itu seperti yang dikemukakan Witmer, sebaiknya tidak disebut psikologi klinis melainkan sebagai psikologi untuk memberi pelayanan yang bersifat personal atau sebagai alternatif. Disamping itu Woodworth juga berpendapat bahwa psikolog klinis di masa depan harus berusaha untuk memberikan bantuan kepada individu dalam menyelesaikan masalah seleksi untuk keperluan pendidikan dan pekerjaan, penyesuaian keluarga dan social, kondisi-kondisi kerja, dan aspek kehidupan lainnya.
Yang sering menjadi pegangan dan acuan dasar dalam memahami pengertian psikologi klinis saat ini adalah definisi yang ditetapkan oleh American Psychological Association (APA) yang merumuskan psikologi klinis sebagai berikut: Psikologi Klinis adalah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristika individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut.

B. Asesmen Psikologi Klinis
Asesmen klinis adalah proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah social dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun kapabilitasnya. Sebagai prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibaynya, defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan kecenderungan positifnya, serta intervensi apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien.
Asesmen juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan menyediakan landasan ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori pemfungsian dan disfungsi manusia. Asesmen klinis sering pula diartikan sebagai psikodiagnostik, yaitu upaya untuk memahami sumber sumber penyakit melalui gejala-gejala sakit atau maladaptif dan kemudian memasukkannya ke dalam kelompok jenis gangguan yang baku atau telah dibakukan.
Terdapat banyak kemungkinan sasaran atau target yang diusahakan dalam membuat asesmen klinis. Psikolog klinis dapat memusatkan perhatian terhadap 1) disfungsi (psikologis) individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam aspek pikiran, emosi, atau tindakannya. Dalam kasus-kasus lain, bisa jadi mereka memusatkan perhatian untuk menemukan 2) kekuatan klien, dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi, dan melukiskan 3) kepribadian subyek.
Beberapa metode asesmen dalam psikologi klinis diantaranya:
1. Wawancara
a. Wawancara mengenai status mental
b. Wawancara sosial-klinis
c. Wawancara yang difraksikan
d. Wawancara terstruktur
2. Tes terstruktur
Tes ini meminta subyek untuk menjawab pertanyaan secara tegas, tidak samar-samar, ya atau tidak, dan maknanya uniform, serta merespon pertanyaan dengan cara yang terbatas. Tes terstruktur membutuhkan standarisasi yang hati-hati dan norma yang representatif.
3. Tes tak terstruktur
Adalah tes yang memberikan pertanyaan kepada klien dengan cara menjawab yang memberikan keleluasaan lebih besar, misalnya Thematic Apperception Test (TAT) atau Rorschah Inkblot-tes.
4. Asesmen-asesmen perilaku
Observasi ini merupakan observasi sistematik yang dilakukan dalam laboratorium, di klinik, kelas ataupun dalam perilaku sehari-hari.
5. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dimaksudkan untuk memahami kahidupan alamiah klien di rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga klien.
6. Catatan kehidupan
Psikolog sering tertarik untuk mempelajari riwayat hidup klien, karena riwayat itu dapat mendasari permasalahan yang dialaminya saat ini.
7. Dokumen Pribadi
Catatan atau dokumen pribadi penting untuk mengetahui motif utama klien, maupun hal-hal yang disembunyikan, penyangkalan, hambatan, dan kesulitan klien dalam membicarakan permasalahannya.
8. Pemfungsian psikofisiologis
Hubungan psikis-mental dan faal organ tubuh sangatlah erat. Tekanan darah, misalnya, sering berhubungan dengan adanya kecemasan dan juga merupakan reaksi atas tekanan-tekanan psikologis.

C. Intervensi Klinis
Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. Kendall dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang menangani masalah-masalah dan mengembangkan kehidupannya yang memuaskan. Psikolog klinis menggunakan pengetahuannya mengenai pemfungsian manusia dan system-sistem sosial dalam kombinasi dengan hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu perubahan klien ke arah yang lebih baik.
Istilah intervensi khusus untuk psikologi adalah psikoterapi. Pada umumnya terapi menampilkan empat gambaran kegiatan, yaitu: (1) membangun hubungan murni antara terapis dan klien, (2) membantu klien melakukan eksplorasi diri dengan cara-cara psikologis, (3) terapis dan klien bekerja sama memecahkan masalah psikologis klien, (4) terapis membangun sikap dan mengajarkan ketarmpilan kepada klien.


BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lembaga
Nama lembaga / instansi : TK Aurellia
Nama pimpinan lembaga : Della Idah Andini S.Psi
Sekilas tentang lembaga :
TK Aurellia merupakan salah satu Taman Kanak-Kanak Islam yang ada di Surabaya. TK Aurellia beralamat di Jl. Sidosermo Airdas III Kav D-70, Surabaya.
Untuk mewujudkan anak didik yang memiliki kemampuan untuk menjiwai unsur-unsur agama islam ke dalam seluruh bidang ilmu yang dimiliki dan mampu mengimplementasikan ilmu pengetahuan berdasarkan kompetensi yang dimiliki maka TK Aurellia memiliki visi “Menjadikan TK Aurellia sebagai tempat yang efektif bagi proses penyelenggaraan pendidikan dan dakwah dalam rangka menanamkan dan meningkatkan aqidah, akhlaq, ibadah dan kreativitas berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits”
Dalam proses pencapaian visi tersebut TK Aurellia juga mempunyai misi “Menumbuhkan nilai keTuhanan kepada seluruh warga sekolah melalui proses pembelajaran, pembinaan dan bimbingan secara efektif serta penanaman nilai-nilai yang mencerminkan semangat dan budaya yang islami”.

B. Situasi Dan Kondisi


C. Hasil Observasi
1. Kasus siswa terlambat
Dari hasil observasi kami menemukan beberapa kasus antara lain, mulai bel sekolah berbunyi masih banyak siswa yang datang terlambat setelah bel berbunyi. Namun tidak ada penanganan atau hukuman apapun bagi siswa tersebut.
2. Kasus siswa yang tidak bisa duduk diam saat pelajaran
Untuk kasus kedua dalam observasi, kami mendapatkan salah satu siswa yang tidak menghiraukan saat pelajaran dimulai. Siswa tersebut bernama Kevin yang keluyuran ke ruang-ruang kelas lain saat pelajarannya dimulai. Dalam kasus ini ada intervensi yang dilakukan oleh para guru, yaitu dengan mengingatkan siswa tersebut bahwa ia harus berada di kelasnya masing-masing atau akan mendapatkan hukuman. Intervensi tersebut ternyata cukup efektif dan siswa tersebut langsung kembali ke kelasnya.

D. Hasil Interview
1. Kasus
Dari hasil interview dengan kepala sekolah selaku konselor sekolah di TK Aurellia terdapat beberapa kasus yang pernah terjadi dan ditangani oleh pihak sekolah, antara lain:
a. Di TK A khususnya, masih ada beberapa siswa yang jalan-jalan ataupun asyik bermain saat pelajaran dimulai.
b. Memang masih terdapat banyak siswa yang terlambat datang ke sekolah.
c. Pernah ada siswa yang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang mana siswa tersebut tidak pernah bisa duduk diam dan meninggalkan kursinya, berjalan kemana-mana.
d. Pernah juga ada siswa yang Autis.
e. Di awal masuk sekolah ada siswa yang sering menangis karena lepas dari orang tuanya.
f. Ada juga siswa yang sulit bersosialisasi (pendiam) saat pertama kali masuk sekolah.
g. Cara menanamkan kebersihan di TK Aurellia, seperti memotong kuku, cara menyikat gigi, dan membuang sampah yang benar.

2. Proses Asesmen
Cara-cara konselor mengumpulkan data adalah melalui wawancara dengan guru, wali kelas, dan observasi. Sedangkan tahap-tahap proses pengumpulan data adalah:
1) Laporan/wawancara dari guru dan wali kelas
2) Observasi sendiri beberapa hari
3) Menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan
4) Penanganan sendiri oleh kepala sekolah sampai siswa merasa nyaman (enjoy)
Untuk penggunaan tes-tes psikologi masih dirasa kurang perlu oleh pihak sekolah, hal ini dikarenakan anak TK belum tau tentang alat-alat tes psikologi dan karena mereka masih banyak input sehingga pasti mudah berubah dalam hasil pengetesan.
3. Intervensi
Dari beberapa kasus tersebut di atas, terdapat beberapa intervensi yang dilakukan baik dari pihak guru ataupun kepala sekolah secara langsung. Intervensi-intervensi untuk kasus tersebut antara lain:
a. Beberapa siswa yang jalan-jalan ataupun asyik bermain saat pelajaran dimulai. Guru memberikan punishment dengan mendudukannya di kursi pojok sendirian yang tanpa ada orang. Kursi ini disebut kursi panas, siswa disuruh duduk selama 5 menit dengan di kasih jam di depannya. Ia tidak boleh beranjak dari kursi selama jam tersebut belum berbunyi. Hal ini dilakukan agar siswa bertanggung jawab dan mampu berpikir akan kesalahannya serta tidak mengulangi perbuatannya. Menurut kepala sekolah TK Aurellia intervensi tindakan yang paling tepat digunakan untuk penanganan kasus anak adalah shaping atau pembentukan perilaku secara langsung. Siswa disuruh melakukan perbuatannya dengan benar secra berulang-ulang ketika ia melakukan kesalahannya.
b. Untuk kasus siswa yang terlambat datang ke sekolah, saat ini memang belum diberlakukan hukuman apa pun bagi siswa yang terlambat. Hal ini karena kepala sekolah TK Aurellia adalah kepala sekolah baru, sehingga masih menganut system yang lama. Namun untuk ke depannya beliau mengatakan akan memberlakukan sangsi bagi siswa yang datang terlambat misalnya dengan cara mengunci pintu gerbang dari depan, para siswa yang terlambat dilarang masuk sebelum teman-temannya menyelesaikan ikrar.
c. Untuk kasus siswa yang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). TK aurellia tidak dapat menangani siswa tersebut secara khusus seperti terapi-terapi yang dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Jadi siswa tersebut dibiarkan jalan-jalan dan sebagainya, hingga akhirnya dia diantar pulang / dipulangkan, mungkin dia akan lebih merasa nyaman bekerja dirumah. Untuk selanjutnya memberi masukan kepada orang tua untuk merujuk anaknya ke ahli psikologi seperti psikolog, psikiater, atau terapis.
d. Untuk kasus siswa yang Autis juga tidak ada penanganan khusus untuk menanganinya. Jadi siswa tersebut diperlakukan sama dengan yang lain.
e. Di awal masuk sekolah ada siswa yang sering menangis karena lepas dari orang tuanya. Intervensi tindakan yang dilakukan oleh para guru adalah membiarkan sementara ia mengangis kemudian melakukan pendekatan emosi dengan siswa tersebut dengan menanyai mengapa ia menangis, dan memberi penjelasan tidak apa-apa tidak ada mama, di sini sudah ada bunda, kalau belajar di sisni tidak boleh didampingi mama. Hal ini untuk mengalihkan perhatian siswa tersebut.
f. Ada juga siswa yang sulit bersosialisasi (pendiam) saat pertama kali masuk sekolah. Guru akan mendekati siswa tersebut dan menjelaskan bahwa kalau teman-temannya bisa mandiri dia juga harus bisa mandiri. Kemudian siswa tersebut diajak bermain bersama teman-temannya sampai hatinya tenang dan nyaman, baru ia masuk dan mengikuti pelajaran.
g. Intervensi untuk cara menanamkan kebersihan di TK Aurellia, misalnya dengan cara selalu membiasakan membuang sampah pada tempatnya, periksa kebersihan kuku seminggu sekali biasanya pada hari senin atau jum’at, bagi siswa yang kukunya masih kotor maka akan mendapat peringatan untuk memotong kukunya esok harinya, jika masih belum bersih juga besoknya maka akan dilakukan pemotongan kuku di tempat. Sedangkan untuk kebersihan gigi, TK Aurellia setiap tahunnya mendatangkan dokter gigi untuk memberikan pelajaran bagi siswa tentang bagaimana cara menggosok gigi yang benar dan kapan saja waktu yang tepat untuk menggosok gigi.

PENGESAHAN

Laporan observasi dan interview ini telah dilakukan di TK Aurellia Surabaya pada tanggal 29 April 2008 dan 14 Mei 2008.
Prodi Psikologi
Fakultas Dakwah
Institute Agama Islam Negeri Surabaya

Mahasiswa
1. 4.


(Hidayatul Ilmiah) (Bina Lestari)
2. 5.


(Sunhaji) (Lukman Firdaus)
3. 6.


(M. Ilhamsyah) (Rosliani)




Dosen Pembimbing:


Shoffi Balqies, S.Psi. Psikolog




DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, MIF dkk. Psikiatri(Konsep Dasar Dan Gangguan-gangguan), Bandung: PT. Refika Aditama, 2005

Flanagen, Robb. ADHD Kids, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005

Tristiadi Ardi Ardani, dkk. Psikologi Klinis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Wiramihardja, Sutardo. Pengatntar Psikologi Klinis, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006

ads

Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 11.18 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar