Senin, 17 Agustus 2009

BEBERAPA PANDANGAN TEORI TERHADAP LANSIA

BAB I
PENDAHULUAN

Sekeras apapun usaha kita untuk menjaga kesehatan secara sungguh-sungguh selama masa kehidupan dewasa, kita pasti mulai mengalami masa tua pada saat tertentu. Meskipun kita sulit menentukan kapan dimulainya proses penuaan, namun usia tua secara teoritis dimulai antara usia 60/65 tahun sampai meninggal dunia.
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat. Bila seseorang yang beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu ia sering melihat masa lalunya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang. Seseoarang akan menjadi orang yang lebih tua pada usia limapuluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enampuluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya.
Masa lansia merupakan masa yang menuntut persiapan untuk menghadapi persoalan sejak masa dewasa khususnya setengah baya. Beberapa persoalan yang dihadapi lansia karena tidak lagi bekerja meliputi meningkatnya hambatan-hambatan pisis, rasa kesepian, kurangnya kontak sosial, rasa jemu, dan lesu kerja atau tidak aktif.
Dengan banyaknya persoalan yang timbul pada usia lanjut, untuk itu dalam makalah kami akan membahas beberapa pandangan teori terhadap lansia tentang penyebab persoalan-persoalan yang muncul pada usia lanjut.


BAB II
PEMBAHASAN
(Teori-Teori Terhadap Lansia)

Menjadi tua adalah proses dimana terjadi perubahan fisik yang menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya dikarenakan adanya banyak faktor yang mempengaruhinya. Selama hal ini merupakan kebenaran yang mutlak bahwa perubahan kondisi fisik terjadi pada usia lanjut dan sebagian besar perubahan itu terjadi ke arah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu walaupun usia mereka sama. Selain itu juga pada bagian-bagian tubuh yang berbeda pada individu yang sama terjadi proses dan kecepatan kerusakan yang bervariasi. Misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang dibanding organ yang lain.
Berbagai macam teori mengenai proses menjadi tua Thomae membagi teori-teori itu menjadi dua yaitu; teori yang bersifat biologis dan teori yang bersifat sosiologis (Thomae, 1970). Dia antara teori-teori itu termasuk teori psikologis yang dapat bersifat sosiologis maupun biologis. Dalam bidang yang sosiologis termasuk teori disengagement (teori pelepasan) dan teori aktivitas.

A. Teori yang bersifat biologis
Teori yang bersifat biologis menghubungkan penuaan dengan keusangan tubuh seiring dengan bertambahnya usia atau waktu biologis (biologicalclock) dalam tubuh yang dapat merubah beberapa kemampuan seseorang.
Dalam teori ini terdapat dua teori yaitu:
- Teori mikrobiologi (microbiological theories of aging): melihat ke dalam sel-sel tubuh untuk menjelaskan penuaan. Dengan menuanya sel-sel, semakin lebih sulit juga untuk membuang sisa-sisa yang akhirnya sampah ini menempati lebih dari 20% bagian sel.
- Teori makrobiologi (macrobiological theories of aging): mempelajari kehidupan pada tingkat analisis yang lebih global dibandingkan sel. Menurut teori ini penuaan juga dapat dipengaruhi oleh sistem kekebalan, otak, dan homeostatis.
Usia lanjut membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkkan periode-periode usia sebelumnya. Contoh-contoh mengenai teori-teori yang bersifat mikrobiologi dan makrobiologi diantaranya adalah mengenai perubahan kemampuan motorik, mental, seksualitas, maupun minat dan kemauannya.
 Perubahan kemampuan motorik
Orang berusia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan koordinasi geraknya kurang begitu baik dibanding masa muda mereka. Perubahan dalam kemampuan motorik ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis.
 Perubahan kemampuan mental
Pada masa lalu diduga bahwa kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah ditunjukkan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir mempelajari bahan baru, menghafal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual.
 Perubahan seksual
Hubungan dengan faktor usia, kapasitas untuk reproduksi yang berlangsung selama menstruasi atau haid pertama itu masih terus berlangsung secara teratur. Dengan berhentinya fungsi ini akan berakhir pula fungsi pelayanan, pengabdian, dan pengekalan spesies manusia.
Periode klimaterium ini disebut pula sebagai : periode kritis. Sebabnya ialah : perubahan-perubahan dalam sistem hormonal itu mempengaruhi segenap konstitusi psikotomatis (rohani dan jasmani), sehingga berlangsung proses kemunduran yang progresif dan total. Oleh banyak perubahan dan kemunduran tersebut terjadilah kemudian krisis-krisis dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan.
 Perubahan minat dan kemauan
Seperti perubahan fisik, mental dan gaya hidup pada orang-orang berusia lanjut, juga terjadi perubahan minat dan keinginan yang tidak dapat dihindari. Minat dan keinginan yang berubah pada orang-orang berusia lanjut antara lain minat pribadi, minat rekreasi, minat sosial, minat terhadap keagamaan, dan minat untuk mati.
Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik bagi usia lanjut :
- Perubahan penampilan
Bischos mengatakan bahwa menua berarti ”peralihan dari kacamata Bifokal ke trifocal, dan dari gigi palsu ke kematian”. Pendapat semacam ini menyarankan bahwa kebanyakan tanda-tanda yang paling jelas dari usia lanjut hanyalah pada perubahan wajah. Bahkan walaupun wanita dapat menggunakan kosmetik untuk menutupi tanda-tanda ketuaan pada wajah, tetapi selalu banyak aspek yang tidak dapat ditutupinya. Misalnya perubahan yang terjadi pada bagian-bagian lainnya pada tubuh.
- Perubahan bagian dalam tubuh
Walaupun pada bagian tubuh tidak dapat diamati seperti pada bagian luar namun perubahan tersebut juga jelas terjadi dan menyebar keseluruh bagian dalam juga. Perubahan yang terjadi pada perubahan tubuh diakibatkan dari mengerasnya tulang-tulang, menumpuknya garam-garam mineral dan modifikasi pada susunan organ tulang bagian dalam. Akibatnya tulang menjadi mengapur dan mudah retak atau patah dan sembuhnya lambat sesuai bertambahnya usia.

B. Teori yang bersifat sosiologis
Teori ini memperhatikan masalah berbagai peran yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan pada usia lanjut. Hal ini dapat berhubungan dengan perubahan dalam sikap dan tingkah laku individu sebagai keseluruhan, mungkin dengan aktivitasnya dalam peran-peran sosial tertentu, misalnya peran sebagai orang tua, pekerja, peran dalam waktu luang.
Teori-teori sosial mengenai penuaan terdapat tiga teori yaitu:
- Teori pemisahan (disengagement theory): menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry, 1961). Menurut teori ini orang-orang dewasa lanjut meningkatkan kepuasan diri dengan cara mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri, mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Pemisahan ini merupakan aktivitas timbal-balik di mana orang-orang dewasa lanjut tidak hanya menjauh dari masyarakat, tetapi masyarakat juga menjauh dari mereka.
- Teori aktivitas (activity theory): semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori ini menjelaskan akan pentingnya individu-individu melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya di sepanjang masa dewasa akhir, jika peran-peran itu terhenti maka penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang akan memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktivitas-aktivitas kemasyarakatan.
- Teori rekonstruksi gangguan sosial (social breakdown-recontruction theory): Teori ini menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka.
Di samping teori-teori di atas dikemukakan juga teori psikologi perkembangan dalam perspektif sepanjang hidup yang dikemukakan Erikson (1963), Charlotte Büchler (1959, 1972) dan Havighurst (1953). Sedangkan Ryff (1982) menyebutnya sebagai teori optimalisasi karena menitik beratkan dalam kemungkinan berkembangnya seseorang sampai pada usia lanjut. Teori-teori ini mempunyai dasar yang sama, yaitu bahwa tahap-tahap perkembangan dihubungkan dengan tahapan usia sehingga memberikan pendekatan yang normatif.
Berbeda dengan pendapat Thomae yang dipandang kurang bersifat normatif yaitu mengenai teori kognitif integratif yang dikemukakannya. Landasan teori ini mengenai proses menjadi tua disebutkan bahwa orang yang menjadi tua tidak secara pasif menerima perubahan dalam fisik maupun lingkungannya, tetapi ia juga mengambil sikap, memilih, memberikan bentuk pada situasi yang dialaminya.
Dalam peran sosial yang dilakukan individu Thomae menitik beratkan persepsi seseorang terhadap hal-hal yang dialaminya yang selanjutnya memberikan dampak yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain. Thomae mengemukakan suatu teori yang bertitik-tolak pada tiga ketentuan dasar, yaitu: (1) suatu perubahan dalam tingkah laku lebih berhubungan dengan perubahan situasi yang dipersepsi seseorang daripada perubahan objektifnya sendiri; (2) sifat persepsi terhadap perubahan situasi tadi tergantung pada kebutuhan pokok dan pengharapan seseorang atau kelompok; (3) penyesuaian terhadap keadaan menjadi tua merupakan fungsi keseimbangan antara sistem kognitif dan motivasional seseorang.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori mengenai proses menjadi tua melukiskan betapa proses tersebut dapat diintervensi sehingga dapat mencapai hasil yang optimum. Menurut Thomae teori-teori yang ada dapat dibagi menjadi teori yang bersifat biologis dan yang bersifat sosiologis.
Dalam teori yang bersifat biologis terdapat dua macam teori yaitu :
- Teori mikrobiologi (microbiological theories of aging): melihat ke dalam sel-sel tubuh untuk menjelaskan penuaan.
- Teori makrobiologi (macrobiological theories of aging): mempelajari kehidupan pada tingkat analisis yang lebih global dibandingkan sel.
Sedangkan dalam teori yang bersifat sosiologis terdapat tiga macam teori yaitu :
- Teori pemisahan (disengagement theory): menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat
- Teori aktivitas (activity theory): semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya.
- Teori rekonstruksi gangguan sosial (social breakdown-recontruction theory): Teori ini menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Di samping teori-teori di atas dikemukakan juga teori psikologi perkembangan dalam perspektif sepanjang hidup yang dikemukakan Erikson (1963), Charlotte Büchler (1959, 1972) dan Havighurst (1953). Sedangkan Ryff (1982) menyebutnya sebagai teori optimalisasi karena menitik beratkan dalam kemungkinan berkembangnya seseorang sampai pada usia lanjut.
Berbeda dengan pendapat Thomae yang dipandang kurang bersifat normatif yaitu mengenai teori kognitif integratif yang dikemukakannya. Landasan teori ini mengenai proses menjadi tua disebutkan bahwa orang yang menjadi tua tidak secara pasif menerima perubahan dalam fisik maupun lingkungannya, tetapi ia juga mengambil sikap, memilih, memberikan bentuk pada situasi yang dialaminya.



DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Juda, dkk. alih bahasa Life-span Development. Jakarta: Erlangga, 2002.
Hurlok, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kartono Kartini. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju 1992.
Mappiare Andi, Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
MÖnks, F. J. dkk. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004.

ads

Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 11.44 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar