Minggu, 21 Februari 2010

Remaja dan Problematikanya

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang paling rawan dalam pergaulan. Emosi pada remaja sangat labil. Mudah sekali marah, tersinggung, dan sebagainya. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan fisik dan psikisnya. Mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.
Penyimpangan pada remaja sangat bermacam-macam, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Semakin sering ia memakai narkoba, makin besar ketergantungannya sehingga pada suatu saat tidak dapat melepaskan diri lagi. Hal ini biasanya didasari karena peran keluarga kurang mendukung. Dalam kasus ini kurangnya perhatian orang tua bisa menjadi faktor penyebabnya. Orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga anak kurang diperhatikan lingkungannya di mana dia bergaul. Disinilah penyebab bagaimana anak mengkonsumsi narkoba.

II. Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja itu?
2. Bagaimanakah ciri-ciri remaja ideal?
3. Seperti apa kenakalan remaja itu?
4. Apa definisi dari narkoba?
5. Remaja yang terkena narkoba dilatar belakangi oleh apa?
6. Bagaimana penyelesainnya?

III. Dasar Teori
1. Masa-masa perkembangan
Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun sedang dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja.
Orang barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, sedangkan orang Amerika menyebutnya “adolesensi”. Keduanya merupakan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di negara kita ada yang menggunakan istilah “akil balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak menyebutnya “remaja”. Panggilan adolesensi dapat diartikan sebagai pemuda yang keadaannya sudah mengalami ketenangan.
2. Ciri-ciri remaja
o Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat di bandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak.
o Perkembangan seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya.
o Cara berpikir kausalitas
Ciri ketiga inilah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat.
o Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon.
o Mulai tertarik pada lawan jenis
Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik pada lawan jenisnya dan mulai berpapasan.
o Menarik perhatian lingkungan
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan penting seperti kegiatan di kampung-kampung yang di sini peranan.
o Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor satukan.
3. Kenakalan remaja
Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak (juvenile delinquency) dilakukan oleh M. Gold dan J. Petronio (Weiner, 1980: 497) yaitu sebagai berikut.
Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa ika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Cara pembagian faktor penyebab kelainan perilaku anak dan remaja oleh Philip Graham membagi faktor-faktor penyebab itu ke dalam dua golongan (Graham 1983) yaitu:
1. Faktor lingkungan:
a. Malnutrisi (kekurangan gizi)
b. Kemiskinan di kota-kota besar
c. Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu-lintas, bencana alam, dan lain-lain)
d. Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain)
e. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain)
f. Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lain-lain)
g. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga


2. Faktor pribadi:
a. Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan lain-lain)
b. Cacat tubuh
c. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri

Seperti sudah diuraikan di atas, kenakalan remaja yang dimaksud di sini adalah perilaku yang menyimpang dari atau melanggar hukum. Jensen (1985: 417) membagi kenakalan remaja ini menjadi empat jenis.
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

Dalam hal-hal seperti ini, untuk menilai atau mendiagnosis kenakalan anak atau remaja hendaknya diperhatikan faktor kesengajaan dan kesadaran dari anak itu. selama anak atau remaja itu tidak tahu, tidak sadar dan tidak sengaja melanggar hukum, dan tidak tahu pula akan konsuekinnya, maka ia tidak dapat digolongkan sebagai nakal.


BAB II
ISI

I. Definisi
Seperti diketahui, narkoba dan minuman yang mengandung alcohol mempunyai dampak terhadap sistem syaraf manusia yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian dari narkoba itu meninggalkan gairah, semangat dan keberanian, sebagian lagi menimbulkan perasaan mengantuk, yang lain bisa menyebabkan rasa tenang dan nikmat sehingga bisa melupakan segala kesulitan. Oleh karena efek-efek itulah beberapa remaja menyalahgunakan narkoba dan alcohol. Akan tetapi, sebagaimana semua orang pun tahu, narkoba dan alcohol itu dalam dosis yang berlebihan bisa membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Padahal, sifat narkoba dan alcohol itu antara lain adalah menimbulkan ketergantungan (kecanduan) pada pemakainya.
Seperti sudah diuraikan dalam bagian awal dari bab ini, di Indonesia sendiri sudah disinyalir penggunaan obat daftar “G” oleh pelajar-pelajar sekolah. Bahkan di kalangan remaja (tahun 1980-an) dikenal istilah-istilah khusus untuk menyebut berbagai obat tersebut, misalnya:
1. alkohol disebut dringan, pengairan, seropan, atau tiupan
2. dumolid disebut DM, dum atau dokter umum
3. ganja disebut alue, bunga, dogel, gelek, gokel, nisan, nokis, rumput
4. heroin disebut coklat, hero
5. morfin disebut bubuk, serbuk, kesehatan
6. obat disebut barang, boat atau stok
7. pil disebut kancing
8. vophynol disebut rasa lo, rohip, dan sebagainya (yatim & Irwanto, 1986: 153-154)
salah satu faktor lain yang pernah diteliti adalah kepercayaan terhadap agama. Kebiasaan mahasiswa dalam menyalahgunakan alcohol dan ganja (jarang dan seringkali) dengan pengakuan mereka sendiri tentang keyakinan beragama mereka (sangat yakin akan agama, cukup percaya pada agama, sedikit percaya dan tidak percaya sama sekali pada agama)
Demikianlah, pada hakikatnya memang faktor kepribadian yang meyebabkan terlibatnya seseorang dalam penyalahgunaan obat atau alcohol tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan jalinan dari beberapa faktor kepribadian. Sifat-sifat lain menurut para ahli merupakan indikasi dari adanya kemungkinan terlibat penyalahgunaan obat atau alcohol adalah sifat mudah kecewa, sifat tidak dapat menunggu dan tidak sabar, sifat memberontak, sifat mengambil risiko berlebihan dan sifat mudah bosan dan jenuh (Utari Hilman dalam Yatim & Irwanto, 1986: 18). Karena sifat-sifat ini memang banyak terdapat pada remaja (karena periode sturm und drang), persoalannya adalah bagaimana menjaga agar sifat-sifat ini tidak berkembang menjadi negative dalam bentuk penyalahgunaan obat atau alcohol.

II. Masalah
Dalam makalah ini obyek yang saya amati adalah seorang pemuda yang berlatar belakang orang yang berada, semuanya serba ada, kedua orang tua remaja ini bekerja. Di rumahnya hanya ada adik, kakak dan dua orang pembantu. Orang tua yang selalu sibuk dan jarang bertemu dengan anak-anaknya membuat anaknya kurang mendapat perhatian. Jarang sekali mereka berkomunikasi antara anggota keluarga, sehingga mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Remaja ini cenderung kesal dengan kehidupan yang kurang harmonis. Kedua orang tua yang selalu bertengkar hingga hampir bercerai. Maka dia cenderung mencari hiburan di luar rumah, hingga akhirnya pelariannya ke dalam lingkungan yang kurang baik. Mabik-mabukan, narkoba, hingga mencuripun pernah dia lakukan. Puncak paling akhir adalah narkoba.
Dia hidup dengan narkoba selama ± 2 tahun hingga dia menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli narkoba. Kalaupun dia tidak punya uang, barang-barang yang ada di rumah pun di jualnya. Apabila sakau dia lebih cenderung ingin mencari barang-barang haram itu.

Dan akhirnya kedua orangtuanya tahu, mereka sadar bahwa ini terjadi atas kesalahan mereka juga. Mereka tidak jadi bercerai, sang ibu lebih cenderung mengurus mereka dan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Hingga akhirnya remaja ini sembuh dari ketergantungannya mengkonsumsi narkoba.

III. Solusi
Penanganan yang harus dilakukan untuk membantu remaja ini adalah:
 Kepercayaan. Remaja harus percaya kepada orang yang mau mebantunya. Ia harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan bahwa kata-kata penolong ini memang benar adanya.
 Konseling. Tujuan konseling adalah mengutuhkan kembali pribadinya yang tergoncang untuk kemudian mencoba enghadapi kenyataan dan menyesuaikan diri terhadap kendala yang ada serta akhirnya mencari jalan keluar dari masalah.
 Penanganan keluarga. Biasanya hal ini dilakuakan jika dinilai bahwa masalah yang dihadapi remaja berkaitan erat dengan perilaku atau cara-cara pendekatan yang dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya di rumah terhadap remaja yang bermasalah itu. tujuan dari teknik terapi keluarga ini adalah agar keluarga sebagai suatu kesatuan bisa berfungsi dengan lebih baik dan setiap anggota keluarga bisa menjalankan perannya masing-masing yang saling mendukung dan saling mengisi dengan anggota keluarga yang lain.
Metode yang digunakan dalam terapi keluarga ini antara lain adalah diskusi, bermain peran (ayah jadi anak, anak jadi ibu, dan sebagainya), pemecahan soal, simulasi dan sebagainya.
Sementara itu, perlu dicatat bahwa banyak penyimpangan perilaku pada remaja, khususnya yang tergolong ketidakmampuan penyesuaian diri, stress atau psikoneurosis yang akan hilang sendiri walaupun tanpa penangan secara khusus. Hal ini dimungkinkan karena jiwa remaja yang masih berkembang.


BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
 Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah faktor lingkungan dan faktor pribadi
 Penanganan pada remaja pengguna narkoba adalah kepercayaan, konseling, dan penanganan remaja




DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, Sarlito W. Prof. Drs. Psikologi Remaja. Jakarta, PT Raja Grafindo. 2003
2. Zulkifli, Drs. Psikologi Perkembangan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya. 2002

ads

Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 10.29 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar