Kamis, 29 Oktober 2009

EMOSI (Kesedihan Berpisah dengan Kekasih)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Emosi merupakan salah satu gejala kejiwaan yang dimiliki oleh semua orang, walaupun demikian bukan berarti bahwa manusia segala-galanya dikuasai oleh emosi karena emosi bukan merupakan gejala yang dominan bagi manusia. Gejala kejiwaan ini sangat dipengaruhi oleh stimulus yang datang, serta keadaan individu itu sendiri di antaranya :
- Keadaan jasmani individu yang bersangkutan. Pada umumnya orang yang dalam keadaan sakit lebih mudah merasa emosi daripada orang yang sehat.
- Watak dasar individu sendiri. Hal ini erat hubungannya dengan struktur kepribadian individu yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang mengalami emosi. Misalnya ada orang yang mudaj marah, sebaliknya ada juga orang yang tidak mudah marah.
- Suasana hati yang sedang dialami oleh individu tersebut. Misalnya orang yang sedang kalut pikirannya akan mudah sekali emosi bila dibandingkan individu yang normal.
Emosi yang dialami seseorang akan berpengaruh pula pada gejala kejasmaniannya misalnya adanya perubahan pada roman muka, yang kemudian disertai gerakan-gerakan anggota badan, serta gejala-gejala tubuh yang lain yang tidak diamati secara langsung, seperti denyut jantung yang bertambah kencang, peredaran darah yang semakin cepat, dan sebagainya.
Dalam artikel ini kami akan membahas salah satu gejala emosi yang dialami oleh seorang pemuda ketika berpisah dengan kekasihnya beserta tanggapan-tanggapan tubuh yang timbul akibat adanya emosi tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Emosi
Meskipun definisi mengenai emosi cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dari berbagai orientasi. Meskipun demikian menurut Chaplin dapat dikemukakan atas general agreement bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Jadi ketika seseorang itu mengalami emosi maka ia akan sulit untuk dapat menguasai dirinya sehingga perilakunya tidak lagi memperhatikan norma yang ada dan mengakibatkan hubungan dengan sekitarnya menjadi terganggu.
Tipe-tipe emosi tak terhitung banyaknya misalnya: kegembiraan, kesedihan, keriangan, cinta, benci, marah, takut, cemas, kesemuanya barulah sebagian kecil dan masing-masing dapat dialami dalam taraf yang berbeda-beda, sejak dari yang ringan hingga yang ekstrem. Mereka dapat dikategorikan sebagai yang positif (misalnya: kesenangan, keriangan, cinta) dan yang negatif (misalnya: benci, marah, takut)

2.2 Emosi dan gejala-gejala kejasmaniannya
Pada penjelasan sebelumnya diterangkan bahwa pada umumnya setiap seseorang mengalami emosi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan kejasmanian yang tampak secara langsung bisa diamati oleh orang lain sehingga dapat diketahui emosi apakah yang sedang dialami individu tersebut.
Salah satu bentuk emosi dan gejala-gejala kejasmanian yang kami akan kami contohkan yaitu emosi kesedihan seorang pemuda yang berpisah dengan kekasihnya setelah selesai pengumuman kelulusan. Ketika itu gadis kekasihnya mengajak pemuda itu ke tempat yang sepi berdua dan menuliskan pesan di baju belakangnya, gadis itu menyuruhnya membaca pesan itu ketika sampai di rumah dan harus membacanya sendiri. Sesampai di rumah pemuda itupun membaca tulisan yang isinya bahwa mungkin ketika ia membacanya kekasihnya sudah ada di bandara karena ayah gadis itu menginginkannya untuk melanjutkan kuliah di Singapura. Lelaki itu seakan berontak dan seperti tak ingin membiarkan kekasihnya pergi. Perasaannya telah menguasai seluruh akal pikirannya, tanpa berpikir panjang lelaki itu memacu motornya dengan kencang menuju bandara, ia tidak peduli akan keselamatannya sendiri. Di bandara ia berlari dan beberapa kali berteriak memanggil nama kekasihnya, dia tak peduli orang-orang yang melihatnya dan mengatakannya gila, ketika tetap tak menemukan kekasihnya kemudian ia hanya bisa pasrah, lemas seperti tak kuasa mengangkat tubuhnya, tertunduk lemas di sebuah bangku.
Dari sebuah contoh di atas jelaslah bahwa adanya hubungan yang erat antara emosi dengan gejala-gejala kejasmanian. Individu yang mengalami kesedihan karena berpisah dengan kekasihnya menunjukkan perbuatan-perbuatan yang menampak akibat emosi yang dialaminya seperti berlari dan berteriak-teriak memanggil nama kekasihnya, tubuhnya menjadi lemas dan tidak mempunyai semangat lagi untuk menjalani hidup, segalanya seakan berakhir mengiringi perpisahan dengan kekasihnya.
Gerakan-gerakan tubuh yang menampak itu merupakan hasil ungkapan dari emosi yang dialaminya sebagai akibat adanya dorongan affek yaitu kondisi ketegangan yang abnormal, timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat. Jadi pada saat itu pemuda tadi sedang mengalami emosi yang kuat yaitu yang disebut affek sehingga pemuda tersebut tidak mengenal atau tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
Disamping terjadinya perubahan-perubahan jasmani yang menampak, individu yang mengalami emosi juga mengalami perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati secara langsung oleh mata akan tetapi bisa diukur dengan alat tertentu ataupun melalui diagnosis. Gejala-gejala yang dialami akibat emosi dan tidak nampak secara langsung oleh mata yaitu adanya perubahan denyut jantung dan nadi yang semakin kencang, aliran darah yang semakin cepat, pembentukan hormon adrenalin yang semakin meningkat, pengurangan air liur, serta pengeluaran kelenjar endokrin.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa emosi termasuk gejala jiwa yang dimiliki semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Stimulus yang sama memungkinkan dapat menimbulkan tingkatan emosi yang berbeda pada setiap individu yang mengalaminya.
Orang yang sedang mengalami emosi dapat kita ketahui dengan memperhatikan perubahan-perubahan fisik yang ditimbulkan akibat emosinya misalnya: memperhatikan kerut keningnya, gerakan-gerakan tubuh seperti berteriak-teriak, melompat-lompat, dan sebagainya. Sedangkan perubahan fisiologis tidak dapat kita amati secara langsung namun bisa diukur dengan alat kedokteran atau melalui diagnosis misalnya: perubahan detak jantung, perubahan aliran darah, serta perubahan penghasilan hormon-hormon tubuh seperti adrenalin dan kelenjar endokrin.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu Drs. H. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.
Heyes, Malcolm Hardy Steve. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga, 1985.
Kartono, Kartini Dr. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju, 1996.
Walgito, Bimo Prof. Dr. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI, 1992.

ads

Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 16.13 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar