Masalah kedisiplinan
siswa dalam mentaati sebuah aturan yang ada di sekolah selalu menjadi keluhan,
tidak hanya dari penegak kedisiplinan sekolah dan kesiswaan, namun juga hampir semua
pendidik yang ada di sebuah sekolah. Terutama jika yang melanggar kedisiplinan
adalah anak tertentu dan itu-itu saja. Mereka menganggap peserta didik tersebut
tidak pernah bisa “diomongi”, tidak pernah menghiraukan kata-kata guru. Jika
sudah demikian guru BK menjadi senjata terakhir untuk melawan para peserta
didik yang sudah punya stempel tukang melanggar tata tertib dari para pendidik.
Karena masih ada beberapa sekolah yang meng-image-kan bahwa BK adalah polisi
sekolah.
Masalah kediplinan
siswa ini secara keilmuwan memang guru BK yang banyak memiliki ilmu untuk
menanganinya, namun ilmu tersebut bukan hanya guru BK yang mampu menerapkannya,
siapapun bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik oleh guru
lebih-lebih oleh orang tua. Oleh karena itu dalam tulisan ini kami ingin
berbagi sedikit pengalaman yang kami miliki dan sejauh yang pernah kami
terapkan masih sangat efektif dalam membantu para siswa untuk mampu disiplin diri
secara mandiri.
Menurut Wikipedia
(1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of
behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan
sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial
dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula
untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical
maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological
maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan
Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan
disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin
sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang
tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3)
membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar
hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
lingkungannya.
Tips dan Trik
mendisiplinkan siswa mentaati aturan secara mandiri:
1. Klarifikasi
Sebelum melakukan klarifikasi sebaiknya kita
menyiapkan diri terlebih dahulu dengan sikap yang positif, bangun rasa empati
yang tinggi, dan rasa menerima siswa dengan penuh kasih sayang. Inilah kunci
awal dalam keberhasilan pendidikan dan penanaman kedisiplinan siswa yang justru
sering kita lupakan. Karena tidak akan pernah ada keberhasilan dalam sebuah
pendidikan jika tidak dilandasi dengan kasih sayang. Hal ini dimungkinkan karena pada
hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap baik dan
sabar. Sebaliknya, anak akan bersikap agresif ketika sikap pendidik cenderung
kasar, keras, kurang berempati, dan kurang wibawa karena yang bereaksi dalam otak
anak hanyalah otak reptil yang berfungsi untuk mempertahankan diri karena
merasa tidak aman dan terancam sehingga akan berdampak terhadap kegagalan
penanaman kedisiplinan di sekolah.
Ketika seorang siswa melanggar sebuah aturan sekolah,
mereka pasti memiliki alasan mengapa mereka melanggar aturan tersebut. Maka hal
pertama yang harus kita lakukan adalah sambil tersenyum, tanyakan mengapa siswa
tersebut melanggar aturan? Pahami faktor-faktor apa yang membuat mereka tidak
mentaati aturan yang dibuat oleh sekolah.
2. Cari
solusi bersama siswa
Setelah faktor yang membuat siswa melanggar aturan
sudah ditemukan maka langkah selanjutnya adalah mencari solusi terbaik bersama
siswa. Jika faktor lingkungan yang menjadikan siswa tersebut tidak mentaati
aturan maka pemecahan permasalahannya memang harus melibatkan lingkungan
terkait. Karena masalah ketidakdisiplinan siswa tersebut di luar kendali siswa.
Namun tidak sedikit pula siswa yang melanggar aturan dikarenakan faktor dari
dalam diri sendiri. Bukankah kita juga sering mendengar jawaban para siswa kita
yang mengatakan bahwa aturan itu dibuat untuk dilanggar. Benarkah demikian? Jika
hal tersebut yang terjadi maka hal yang perlu dilakukan adalah bahas bersama
siswa mengapa kita perlu disiplin diri.
Yang sering terjadi selama ini adalah kita sebagai
guru terkesan sebagai pihak yang selalu mendominasi pembicaraan, menyudutkan
siswa dengan kesalahan yang telah ia perbuat dan terkesan mendikte para siswa tentang
apa yang harus mereka lakukan. Ketika ternyata siswa tersebut tidak mematuhi apa
yang kita perintahkan maka akan semakin menambah rasa kesal dalam hati karena
sudah capek-capek berbicara tidak sedikitpun dihiraukan oleh anak sehingga
menambah sikap negatif terhadap siswa yang bersangkutan. Dan jika hal tersebut terjadi
dan dialami oleh beberapa guru dan selalu menjadi topik pembicaraan baik di
forum informal maupun di forum rapat, maka dengan sendirinya akan terdapat
stempel pada siswa tersebut sebagai “siswa nakal”.
Pada
prinsipnya usia remaja memang memiliki sifat kritis dalam memandang dan
memikirkan sesuatu. Tidak jarang pula ada siswa yang terkesan agresif dan
selalu bisa mengelak terhadap apa yang kita sarankan. Untuk menghadapi siswa
seperti itu pasti akan menguras tenaga dan emosi kita. Maka ada langkah jitu
yang bisa kita lakukan jika menghadapi tipe siswa seperti itu.
Berikan
sebuah gambaran nyata apa yang terjadi jika dalam kehidupan ini tidak ada
kedisiplinan. Contoh tanyakan kepada siswa tersebut apa yang terjadi jika ada
pemain sepak bola yang mengambil bola dengan tangannya (bukan digiring dengan
kaki) dan dibawa lari untuk dilemparkan ke gawang lawan, apa kira-kira yang
akan terjadi? Jelas, siswa tersebut tidak akan mampu mengelak dari jawaban akan
terjadi pelanggaran, kena kartu dari wasit, atau mungkin bahkan akan dikeroyok
oleh penonton karena sudah membuat kacau pertandingan. Kenapa hal tersebut
tidak boleh dilakukan oleh seorang pemain sepak bola? Dan biarkan siswa
tersebut yang membuat kesimpulan sendiri apa pentingnya sebuah peraturan dalam sebuah
pertandingan sepak bola?
Dan
masih banyak contoh lain yang bisa kita tanyakan ke siswa kita, apa yang
terjadi jika bumi ini tidak disiplin dan tidak mau lagi berputar? Atau
bagaimana jika paru-paru kita malas untuk mengikuti aturan Allah, bosan menghirup
oksigen dan ingin sekali-kali menghirup karbon dioksida? Dan jantung kita juga
malas untuk berdetak lagi?
Demikian
juga keberadaan aturan di sekolah, setiap siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib
yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya. Sekolah membuat aturan pasti punya tujuan yang baik, diantaranya
adalah agar kehidupan di sekolah menjadi tertib, teratur, dan mengefektifkan
pencapaian tujuan sekolah.
Di dalam sebuah ayat di Al Qur’an disebutkan “Wahai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs. an-Nisâ` [4]: 59) dan
didukung hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya dari Abu Hurairah r.a.
disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Barang siapa yang taat
kepadaku, berarti ia taat kepada Allah; barang siapa yang durhaka kepadaku,
berarti ia durhaka kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada amirku,
berarti ia taat kepadaku; dan barang siapa yang durhaka terhadap amirku, berarti
ia durhaka kepadaku”. Jadi
jelas bahwa perintah untuk patuh terhadap aturan adalah merupakan perintah
agama.
3. Doakan
Tidak dapat kita pungkiri pula bahwa ada kekuatan
yang jauh lebih dibalik kekuatan kita, apapun yang manusia usahakan tetap Allah
pula yang menentukan hasilnya. Oleh karena itu untuk mendukung usaha kita dalam
mendidik para siswa agar menjadi pribadi yang berkarakter sesuai dengan
cita-cita pendidikan nasional maka perlu kita iringi dengan doa. Kita doakan
agar kalbu (akal dan jiwa) para siswa kita agar kaya akan kebaikan, agar mereka
dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tercela, yang bukan hanya merugikan diri
sendiri, melainkan juga merugikan masyarakat luas. Bahkan, kita doakan agar
mereka memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dan menjadi pribadi yang positif.
Pada akhir tulisan ini,
kami ingin sampaikan kesimpulan bahwa dalam menghadapi siswa yang melanggar
kedisiplinan diperlukan kesabaran dari guru, lakukan pendisiplinan secara
positif, dari hati, dan penuh kasih sayang, kalau pun harus memberi konsekuensi
berikan konsekuensi yang logis dan dapat diterima oleh siswa. Dan yang tidak
kalah penting adalah kekuatan dari doa kita yang akan mengubah para siswa kita
menjadi pribadi yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar