PENDAHULUAN
Pada hakekatnya setiap orang mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi. Kemampuan ini kita dapatkan melalui transmisi budaya, yaitu seseuatu yang kita dapatkan melalui suatu proses belajar dan bukan sebagai warisan. Oleh karena itu, kemampuan kita dalam hal ini sering kali berbeda antar orang yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena intensitas dan kapasitas di dalam mempelajari kemampuan itu tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain.
Kemampuan berkomunikasi disebut juga sebagai kemampuan berbahasa, karena dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa sebagai media utamanya. Adapun aspek-aspek ketrampilan berbahasa ada empat, yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Pada dasarnya berbagai kemampuan itu kita peroleh dan kita pelajari secara kronologis. Artinya, mula-mula pada waktu kecil kita belajar mendengarkan, kemudian diikuti dengan belajar berbicara. Setelah itu, sekitar usia 4-5 tahun kita mulai belajar membaca, baru kemudian kita belajar menulis.
Makalah ini membahas tentang produksi bahasa yang di dalamnya mencakup tentang menulis dan berbicara. Untuk lebih jelasnya, bagaimanakah pengertian serta proses menulis dan berbicara dapat dilihat pada bab berikutnya.
PEMBAHASAN
Produksi Bahasa
A. Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek ketrampilan berbahasa. Menurut Rusyana (1988:191) menulis merupakan kemampuan dalam menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Sedangkan menurut Tarigan (1986 :21) menulis merupakan proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebut, pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis.
Sebagai bagian dari kegiatan bahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir, keduanya saling melengkapi. Costa (1985:103) mengemukakan bahwa menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan merupakan wadah yang sekaligus hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Dan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Menemukan pikiran secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya. Misalnya, penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahsa tulis, motivasi yang kuat, dan lain-lain. Paling tidak seorang penulis harus menguasai 5 komponen tulisan, yaitu: isi (materi), tulisan, organisasi tulisan, kebahsaan, gaya penulisan, dan mekanisme tulisan. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Mengacu pada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekadar menuliskan apa yang diucapkan, tetapi menulis merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi antara penulis sama dengan apa yang dimaksudkan pembaca, maka seorang telah dapat dikatakan terampil dalam menulis.
B. Berbicara
Perkembangan kemampuan bahasa dan berbicara pada anak meliputi :
Usia 0-8 minggu.
Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yang didengarnya. Sejak lahir ia sudah belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu. Meskipun masih bayi seorang anak akan mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi dua arah dengan memberikan respon lewat gerak tubuh dan suara. Sejak dua minggu pertama, ia sudah mulai terlibat dengan percakapan, dan pada minggu keenam ia akan mengenali suara sang ibu, dan pada usia delapan minggu ia mulai mampu mmberikan respon terhadap suara yang dikenalinya.
Usia 8-24 minggu
Pada usia ini seorang bayi mulai belajar mengekspresikan dirinya melalui suara-suara yang sangat lucu dan sederhana, seperti “eh”, “ah”, “uh”, “oh” dan tidak lama kemudian ia akan mulai mengucapkan konsonan. Pada usia 12-24 minggu, seorang bayi sudah mulai terlibat dalam percakapan tunggal seperti “ma”, “ka”, “da” dan sejenisnya.
Usia 28 minggu-1 tahun
Pada usia 28 minggu seorang anak mulai bisa mengucapkan “ba”, “da”, “ka” secara jelas sekali. Bahkan waktu menangispun vocal suaranya sangat lantang dan dengan penuh intonasi. Pada usia 32 minggu ia akan mampu mengulang beberapa suku kata yang sebelumnya sudah mampu diucapkannya. Pada usia 1 tahun seorang anak mulai mampu sedikit demi sedikit mengucapkan sepatah kata yang sarat dengan arti. Selain itu, ia mulai mengerti kata “tidak” dan mengikuti instruksi sederhana seperti “bye-bye” atau main “ciluk ba”. Ia juga mulai bisa meniru bunyi suara binatang.
Usia 1 Tahun-18 Bulan.
Pada usia ini, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga patah kata-kata yang punya makna. Sebenarnya, ia juga sudah mampu memahami sebuah obyek sederhana yang diperlihatkan kepadanya. Pada usia 15 bulan, anaka mulai bisa mengucapkan dan meniru kata yang sederhana dan sering didengarnya untuk kemudian mengekspresikannya pada situasi yang tepat. Usia 18 bulan ia sudah mampu menunjuk obyek-obyek yang dilihatnya di buku dan dijumpainya setiap hari. Selain itu ia juga mampu menghasilkan kurang lebih sepuluh kata yang bermakna.
Usia 18 Bulan-2 tahun
Pada usia ini kemampuan anak semakin tinggi dan kompleks. Perbendaharaan katanya pun bisa mencapai 30 kata dan mulai sering mengutarakan pertanyaan sederhana. Pada usia ini mereka juga mulai menggunakan kata yang menunjukkan kepemilikan. Bagaimana pun, sebuah percakapan melibatkan komunikasi dua belah pihak, sehingga anak juga akan belajar merespon setelah mendapat stimulus.
Usia 2 -3 tahun
Seorang anak mulai menguasai 200-300 kata dan senang berbicara sendiri. Sekali waktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan yang penuh makna, yang memerlukan perhatian dengan penuh minat. Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin bervariasi. Mereka juga semakin lancer dalam bercakap-cakap, meski pengucapannya belum sempurna. Anak seusia ini juga semakin tertarik mendengarkan cerita yang lebih panjang dan kompleks.
Usia 3-4 Tahun
Anak sudah mulai mampu menggunakan kata-kata yang sifatnya perintah, hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan. Mareka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Mereka menyadari, bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang diinginkannya, bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak teman-temannya atau ibunya. Mereka juga mulai mengenali konsep-konsep tentang kemungkinan, kesempatan, dengan “andaikan”, “mungkin”, “misalnya”, “kalau”. Perbendaharaan katanya makin sulit dan bervariasi seiring dengan peningkatan penggunaan kalimat yang utuh.
C. Gangguan-gangguan
Gangguan atau kerusakan pada kemampuan berbicara disebut Nuerohypnistik. Penyakit yang termasuk neurohypnistik ini adalah Afasia yaitu penyakit yang pasiennya mengalami gangguan dan pemahaman dalam berbicara. Hal ini dikarenakan adanya gangguan dalam otak. Ada 2 macam jenis Afasia yaitu:
o Afasia broca (tipe ekspresif)
Broca adalah nama orang yang menemukan tentang pusat produksi berbicara di otak pada bagian lobus frontalis yakni yang kini dikenal dengan area broca. Ia menemukan pada penelitian terhadap pasien afasia. Pasiennya saat itu diberi sebutan “Si Tan” karena ketidakmampuan pasien tersebut dan tidak dapat berbicara dengan jelas selain kata “Tan”. Pada 1861 melalui otopsi setelah kematian, Broca menemukan bahwa Tan memiliki lesi yang disebabkan sifilis pada otak besar bagian kiri. Letak lesi tersebut manandakan daerah memproduksi kemampuan berbicara. Jadi afasia tipe ekspresif ini hanya memperlambat seseorang dalam berbicara, membaca, dan mendengar.
o Afasia wernickcs (tipe reseptif)
Berbeda dengan afasia broca yang hanya memperlambat, pada afasia wernickcs atau afasia tipe reseptif ini penderita sudah mengalami kesulitan dalam berbicara dan bahkan menyebabkan orang tidak bisa lagi berbicara. Hal ini disebabkan karena sudah mencapai kerusakan yang sangat parah pada pusat produksi berbicara di otak.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi bahasa meliputi dua aspek keterampilan berbahasa yaitu: menulis dan berbicara. Menulis merupakan proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebut, pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis.
Sedangkan berbicara meliputi tahap-tahap perkembangan bahasa dan berbicara pada anak. Yang mana di mulai pada usia 0-8 minggu yaitu perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yang didengarnya. Sejak lahir ia sudah belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu. Dan di akhiri pucak kamampuan berbicara yang sempurna pada usia 3-4 Tahun. Yaitu anak sudah mulai mampu menggunakan kata-kata yang sifatnya perintah, hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan. Mareka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Mereka menyadari, bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang diinginkannya,
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, kaswan. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta : ANDI. 1996
Hernowo. Quantum Writing.Bandung : MIC.2006
Senin, 15 Juni 2009
PRODUKSI BAHASA: Menulis dan Berbicara
Lainnya dari Psikologi Kognitif
Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 10.28 Kategori: Psikologi Kognitif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar