Kamis, 30 Mei 2019

Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan


Di dalam teori perkembangan, periodisasi perkembangan manusia dimulai sejak manusia berada di dalam kandungan. Dalam ilmu psikologi fase perkembangan ini disebut dengan istilah fase pranatal (berasal dari kata pra yang artinya sebelum dan natal artinya lahir). Periode ini dianggap penting dalam membentuk perkembangan psikologis seorang anak di masa depannya. Hingga para ilmuwan modern banyak meneliti tentang pengaruh musik bagi janin yang ada di dalam kandungan terhadap kecerdasan anak saat dilahirkan. Hingga terkenal salah satu musik (Mozart) yang diyakini dapat merangsang daya kreativitas dan motivasi dalam otak seorang janin.

Dan ternyata sebelum ilmu psikologi memberikan istilah dan para ilmuwan modern melakukan penelitiannya, Islam sudah terlebih dahulu membahasnya di dalam Al-Qur’an tentang cara mendidik anak saat di dalam kandungan seperti yang dijelaskan di dalam QS. Ali Imran: 35 yang berbunyi:
(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini dimulai dari permohonan seorang perempuan yang bernama Hannah binti Faquz (istri dari Imran ibnu Yasim ibnu Misya ibnu Hizqiya ibnu Ibrahim Guraya ibnu Nawisy ibnu Ajr ibnu Bahwa ibnu Nazim ibnu Muqasit ibnu Isya ibnu Iyaz ibnu Rukhai’am ibnu Sulaiman ibnu Daud a.s) kepada Tuhannya untuk manjadikan bayi yang di dalam kandungannya agar menjadi anak yang saleh.
Dari ayat tersebut kita mendapatkan pelajaran penting bahwa seorang ibu yang mengandung memiliki kontribusi yang sangat besar dalam melahirkan seorang khalifah yang akan mengemban amanah di muka bumi ini. Hingga ada sebuah syair yang mengatakan bahwa “Ibu adalah adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan), yang jika kamu menyiapkannya berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah generasi masyarakat yang baik budi pekertinya”. Dan jelaslah sebaliknya, jika seorang Ibu tidak memiliki ilmu dalam mendidik anaknya, maka akan lahir lah generasi masyarakat yang rusak karakternya.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang ibu yang mengandung bayi dalam kandungannya? Kembali ke penjelasan ayat di atas bahwa seorang ibu yang mengandung harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ayat ini dengan mesra seorang Ibu memanjatkan doa dengan kalimat “Ya Tuhanku” begitu istri Imran menyapa penciptanya. Jadi seorang ibu yang mengandung semestinya memiliki akidah yang kuat dengan hanya meng-Esa-kan Allah semata jika memiliki permasalahan dan harapan dalam hidup. 
  2. Berdo’a kepada Allah agar anaknya dijadikan anak yang saleh sebagaimana istri Imran berdoa “sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh”. Karena sesungguhnya doa adalah bukti nyata dari cinta seorang ibu terhadap anaknya, dan doa seorang ibu mampu menembus langit ke tujuh untuk menentukan nasib anaknya.

Dari kisah istri Imran tersebut lahirlah seorang anak perempuan yang diberi nama Maryam yang kelak menjadi seorang wanita suci dan mengabdikan diri di Baitul Maqdis dan memiliki putra yang bernama Nabi Isa a.s. Dari kisah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa menjadi tugas penting para orangtua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya, dan pendidikan itu dimulai dari fase prenatal yang berkualitas. Dan InSyaa Allah artikel ini akan berlanjut membahas cara mendidik anak di fase selanjutnya yakni fase anak 0-7 tahun.

ads

Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 13.47 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar