Jumat, 08 Mei 2009

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL

1. Latar Belakang
Pemuka dari paradigma ini adalah Skinner. Dia mencoba menterjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Ia juga pelopor dari orang-orang yang mencoba menerapkan prinsip behaviorisme secara praktis.
Ide pengembangan paradigma ini dari awal sudah dimaksudkan untuk menyerang kedua paradigma lainnya (Paradigma Fakta Sosial dan Paradigma Definisi Sosial). Karenanya tak mengherankan jika perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial ini dengan paradigma lainnya merupakan sesuatu yang tak terelakkan.
Dalam salah satu bukunya yang berjudul Beyone Freedom and Dignity, ia secara langsung menyerang paradigma definisi sosial dan secara tidak langsung menyerang terhadap paradigma fakta sosial, salah satunya seperti dalam uraian berikut.
Paradigma fakta sosial berpendapat bahwa konsep kultur dinilainya mengandung ide yang bersifat tradisional menurutnya pengertian kultur yang diciptakan itu tidak perlu disertai dengan unsur mistik seperti ide dan nilai sosial.

2. Pokok Persoalan
Paradigma ini memfokuskan perhatiannya pada hubungan antara individu dan lingkungannya. Singkatnya pokok persoalan sosiologi menururt paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan tingkah laku. Jadi terdapat hubungan yang erat antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan.
Bagi paradigma perilaku sosial individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya dan dapat berpengaruh pada apa yang mendasari keputusan individu tersebut. Perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial dengan paradigma fakta sosisal adalah terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individu.

3. Teori-Teori
Dalam paradigma perilaku sosial terdapat dua teori, yaitu Behavioral Sociology dan teori Exchange.
a. Teori Behaviorlal Sociology
Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Dan yang menarik dari paradigma ini adalah hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan dengan tingkah laku yang terjadi sekarang.
Konsep dasar Behavioral Sociology yang menjadi pemahamannya adalah “Reeforcement” yang dapat diartikan sebagai “Reward” (ganjaran).
b. Teori Exchange
Tokoh utamanya adalah George Homan. Keseluruhan materi Teori Exchange secara garis besarnya dapat dikembalikan kepada lima proposisi George Homan berikut:
1. Jika tingkah laku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi tertentu memperoleh ganjaran, maka besar kemungkinan tingkah laku atau kejadian yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi atau dilakukan. Proposisi ini menyangkut hubungan antara apa yang terjadi pada waktu silam dengan yang terjadi pada waktu sekarang.
2. Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkahlaku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang. Makin sering dalam peristiwa tertentu tingkahlaku seseorang memberikan ganjaran terhadap tingkahlaku orang lain, makin sering pula orang lain mengulang tingkahlakunya itu.
3. Memberikan arti atau nilai kepada tingkahlaku yang diarahkan oleh orang lain terhadap aktor. Makin bernilai bagi seseorang sesuatu tingkahlaku orang lain yang ditujukan kepadanya, makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan mengulangi tingkahlakunya itu.
4. Makin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, makin berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya. Ide proposisi ini berasal dari hukum Gossen dalam ilmu ekonomi.
5. Makin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, makin besar kemungkinan orang tersebuat akan mengembangkan emosi. Misalnya marah. Proposisi ini berhubungan dengan konsep keadilan relative (relative justice) dalam proses tukar menukar.

4. Metode
Paradigma ini dapat menggunakan metode yang dipergunakan oleh paradigma lain seperti kuesioner, interview dan observasi. Akan tetapi paradigma ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam penelitiannya. Metode eksperimen ini memungkinkan pula untuk membuat penilaian atau pengukuran dengan tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari perubahan tingkahlaku seseorang yang ditimbulkan dalam eksperimen itu.



DAFTAR PUSTAKA

Dhohiri, Taufiq Kahman, dkk. Sosiologi, Jakarta: Yudistira, 2002.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2003.
Mahidin, Mahmud. Pengantar Hubungan Masyarakat, Jakarta:
Universitas Terbuka, 1994.

ads

Ditulis Oleh : Lukman Psiko Hari: 12.14 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar