Saat ini kita telah
memasuki era abad 21 dimana terjadi transformasi besar-besaran yang dulunya
berawal dari masyarakat primitif berubah menjadi masyarakat agraris, lalu
berkembang menuju masyarakat industri, dan sekarang berlanjut menjadi
masyarakat informasi. Proses transformasi ini ditandai dengan perubahan-perubahan
berupa semakin canggihnya teknologi digital yang menyebabkan arus informasi dan
komunikasi semakin terbuka, manusia sangat mudah mendapatkan pengetahuan baru yang
tersebar di seluruh dunia melalui teknologi kabel optik dan jaringan internet.
Semakin canggihnya
teknologi digital ini membawa dampak perubahan besar terhadap dunia dalam
berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. SMP
Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo sebagai salah satu lembaga yang
bergerak di bidang pendidikan juga berusaha menjawab tantangan kemajuan jaman
ini. Meskipun berangkat dari situasi dan kondisi riil yang ada di sekolah kami,
dimana 60% peserta didik memiliki latar belakang yakni anak yatim dhuafa yang
notabene adalah dari keluarga yang kurang mampu dan anak-anak desa dari 12
wilayah Propinsi yang ada di Indonesia yang juga hampir sebagian besar dari
mereka masih belum paham tentang teknologi (gaptek), namun sekolah kami
berusaha membangun sistem pendidikan dan sistem pembelajaran yang sudah
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (IT).
Memang bukan tanpa hambatan
dalam menjalankan pembelajaran berbasis IT ini, terutama dari faktor tenaga
pendidik (guru). Meskipun tenaga pendidik di sekolah kami sebagian besar masih
muda dan secara kemampuan juga mampu dalam menguasai IT, namun terkadang tidak
banyak dari kami yang mampu mendesain pembelajaran yang kreatif berbasis IT.
Hal ini disebabkan karena masih banyak tenaga pendidik yang sadar ataupun tidak
mereka memiliki mindset proses
pembelajaran yang masih berorientasi pada guru (teacher center), mereka masih memiliki persepsi bahwa guru adalah
pusat sumber belajar utama dan guru harus serba tahu.
Kendala yang kami
hadapi ini mungkin juga bukan tanpa sebab, karena kami sebagai guru saat ini
masih mengadopsi dan mengimitasi apa yang guru-guru kami lakukan kepada kami
dahulu, sehingga kami sebagai pendidik baru di era abad 21 butuh waktu dan
proses untuk berbenah diri melalui upgrading
dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh lembaga sekolah Insan Cendekia
Mandiri Boarding School Sidoarjo. Karena kami memiliki keyakinan jika kami
tidak memiliki bagaimana kami mampu memberi, sehingga kami perlu memiliki
pengalaman-pengalaman pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik
melalui kegiatan-kegiatan upgrading
diri.
Akhirnya sedikit demi
sedikit kami menyadari bahwa pembelajaran yang kami lakukan secara tradisional
sudah tidak cocok lagi untuk mengembangkan karakteristik siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis. Tipologi guru yang ideal yang sesuai dengan
karakteristik guru abad 21 menurut saya adalah didalam proses pembelajaran guru
bukan lagi sebagai sumber belajar utama, namun sebagai fasilitator, motivator
dan inspirator bagi peserta didik dalam memfasilitasi mereka belajar sesuai
dengan minatnya. Untuk menuju menjadi guru ideal seperti itu maka sudah pasti guru
dituntut untuk selalu mengupdate informasi terbaru yang sedang berkembang
sehingga guru harus memiliki minat baca yang tinggi, bahkan kalau bisa juga
memiliki keterampilan dalam menuangkan ide-ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan
berupa karya tulis ilmiah maupun buku. Dengan terbentuknya budaya literasi
dalam diri seorang pendidik maka guru akan mendapatkan banyak pengetahuan
kreasi dan inovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran terutama yang
berbasis dengan IT. Dan yang tidak kalah penting adalah guru harus mampu meminimalisir
dampak negatif dari pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran dengan tetap
mengembangkan karakter jujur, tertib dan disiplin, peduli terhadap sesama,
serta santun dalam mengemukakan pendapat.
Ketika kami menerapkan
suatu strategi pembelajaran berbasis minat dan gaya belajar siswa yang
dikembangkan oleh lembaga sekolah Insan Cendekia Mandiri Boarding School
Sidoarjo dimana proses pembelajaran bersifat menantang, dan melibatkan siswa
secara individu, berpasangan, maupun dalam kelompok dalam suatu topik
pembelajaran yang menjadi pilihan siswa, maka menjadi sebuah keniscayaan bagi
para peserta didik untuk mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting di setiap topik pembelajaran
sesuai minat mereka, dan dengan difasilitasi buku pembelajaran serta laptop 5
buah yang tersambung dengan jaringan internet untuk setiap kelasnya maka
keahlian literasi digital mereka secara otomatis perlahan-lahan juga terasah
dengan sendirinya. Di dalam kegiatan inti pembelajaran peserta didik juga
melakukan diskusi dalam pembahasan topik pembelajaran yang ada sehingga di
dalam proses diskusi mereka mengembangkan karakter untuk madiri dan kerjasama,
santun dalam menyampaikan pendapat, dan saling menghormati antar pendapat
kelompoknya dengan kelompok lain.
0 komentar:
Posting Komentar